Ternyata Sesosok Supir Bus Pahlawan Jenderal TNI Kopassus Berdarah Batak

  • Whatsapp

BeritaTapanuli.com, Taput – Mantan Komandan Khusus Satgas Tempur Kopassus, Luhut Binsar Pandjaitan bernostalgia perihal masa kecilnya yang dibesarkan dari orangtua berprofesi sebagai sopir bus di Toba Samosir (saat ini Kabupaten Toba), Sumatera Utara.

Luhut Binsar Pandjaitan yang saat ini menjadi Menteri membeberkan bapaknya yang berkerja sebagai sopir merupakan pencari nafkah utama. Gajinya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

“Jadi kalau mau dibilang, saya adalah anak sopir bus AKAP dan dilahirkan dari seorang ibu yang tangguh meskipun tidak tamat Sekolah Rakyat,” tulis Luhut.

Ia menambahkan, masa kecilnya dihabiskan dengan merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Luhut mengaku, pengalaman hidup di masa kecilnya itu selalu dijadikan pegangan dalam merumuskan berbagai kebijakan yang terkait dengan hajat hidup masyarakat Indonesia, termasuk terkait operasional KRL.

Seringkali, di sela-sela waktu senggang seperti hari Minggu,  kata Luhut, ia menyempatkan untuk melihat kanal media sosialnya dan membaca kolom komentar di setiap postingan maupun pesan di kotak masuk.

Baca juga  40 Pedagang Pelabuhan Curhat ke Wakil Ketua DPRD Sibolga

Dari situ, Luhut mangaku banyak mendapatkan aspirasi dari mulai kritik hingga dukungan disampaikan oleh masyarakat Indonesia.

Soal KRL, ia mengaku mendapatkan laporan dari banyak pihak bahwa penumpang KRL Commuter Line Jabodetabek mayoritas adalah pekerja di sektor usaha yang masih diizinkan beroperasi selama PSBB.

Saat ini ada 8 sektor usaha yang diizinkan beroperasi selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), salah satunya sektor kesehatan dan pangan.

Dari banyak pesan itu, Luhut mengatakan ada satu yang membuatnya terharu. Pesan itu kata dia, berasal dari seorang ibu pekerja yang tinggal di Bekasi dan setiap harinya harus naik KRL Commuterline Jabodetabek menuju Jakarta untuk sampai di tempat kerjanya.

Ibu itu ucapnya, menuliskan pesan sedang kebingungan bagaimana caranya sampai ke tempat kerja jika pemerintah menghentikan operasional KRL, sementara suaminya sudah dirumahkan tanpa digaji akibat imbas pandemi Covid-19.

“Membaca pesan dari ibu ini, batin saya disergap rasa haru dan seketika teringat perjuangan kedua orang tua saya dalam menghidupi ke empat anak-anaknya agar tetap bisa makan setiap hari dan mendapat pendidikan yang layak meskipun hidup mereka serba sulit,” ucapnya Luhut.

Baca juga  Bunuh Majikan, TKI Asal Siantar Terancam Hukuman Mati di Malaysia

 

Apalagi tuturnya, jumlah Ibu bekerja semakin banyak dan menjadi tulang punggung membantu perekonomian keluarga.

Atas dasar pertimbangan itulah, Luhut mengatakan memutuskan operasional KRL Commuter Line Jabodetabek tetap berjalan seperti biasa.

Meski begitu, ada pembatasan waktu dan pengendalian penumpang KRL, setidaknya sampai Bantuan Sosial (Bansos) dari pemerintah sudah diterima masyarakat.

Luhut berjanji akan terus melakukan evaluasi kebijakan tersebut. Ia berharap masyarakat Indonesia untuk tetap saling menjaga di tengah situasi pandemi Covid-19.

Di akhir tulisannya, Luhut berpesan agar keputusan yang diambil tidak perlu dibenturkan antara satu kebijakan dengan kebijakan lainnya.

“Kita semua bekerja semaksimal mungkin agar pandemi Covid-19 bisa kita atasi bersama-sama,” tandasnya. (Sumber : Tri bun-medan.com)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan