JAKARTA (Ekonomi) – Di tengah sentimen tersebut, Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai bahwa peluang kenaikan harga emas masih terbuka lebar.
Menurut Andy, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang naik lima basis poin ke 4,334% bersama kenaikan imbal hasil riil menjadi 2,034%, menjadi faktor utama yang menekan harga emas.
“Investor kini lebih tertarik pada instrumen berimbal hasil pasti ketimbang logam mulia,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Sabtu (7/5/2025).
Selain itu, penguatan indeks Dolar AS (DXY) sebesar 0,34% ke level 97,10 turut membatasi laju emas, karena kenaikan Dolar menurunkan daya beli mata uang lain terhadap XAU/USD.
Dari sisi fundamental, hasil laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang dirilis Bureau of Labor Statistics (BLS) pada Kamis (3/7/2025) malam memberi dukungan bagi ekspektasi The Fed.
Data menunjukkan penambahan 147.000 lapangan kerja pada bulan Juni, melampaui perkiraan pasar sebesar 110.000, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 4,1% dari 4,2%.
Kuatnya data ini memperkuat sikap “tunggu dan lihat” The Fed seperti yang ditegaskan Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic sebelum mengambil keputusan suku bunga selanjutnya.
Di ranah politik, paket fiskal yang diinisiasi Donald Trump sedang dalam proses pembahasan DPR AS, dan dapat memengaruhi stabilitas makro dalam jangka menengah. Kabar ini, bersama pernyataan Bostic bahwa bank sentral akan bertindak berdasarkan data, semakin menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter.
Peluang Harga Emas
Secara teknikal, Andy Nugraha mencatat bahwa meski tren bullish masih terjaga, kekuatannya mulai melemah. Kombinasi pola candlestick dan moving average menunjukkan potensi konsolidasi hingga akhir pekan.
“Jika tren naik bertahan, XAU/USD berpeluang menguji level US$ 3.450 pekan depan,” ujarnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa penembusan support di US$ 3.212 dapat memicu koreksi lebih dalam hingga ke kisaran US$ 3.133.
Para trader disarankan memantau kedua level tersebut sebagai acuan strategi. (*)