Jakarta – Kabar gembira kembali mengungguli pertukaran uang Indonesia. Kabar baik ini, setelah rekor pergerakan nilai tukar rupiah mampu secara estafet mengungguli Uang Dollar AS.
Rupiah dibuka menguat pagi ini di tengah kejatuhan indeks dolar Amerika Serikat (AS) kembali ke level sebelum Presiden Donald Trump memenangkan Pemilu pada November tahun lalu.
Rupiah spot dibuka menguat 0,17% di level Rp16.285/US$, pertama kalinya rupiah meninggalkan zona Rp16.300-an dalam delapan perdagangan terakhir.
Rupiah menjadi yang terkuat di Asia urutan keempat setelah won Korsel yang menguat 0,52%, ringgit 0,29%, baht 0,24%. Di belakang rupiah ada peso yang menguat 0,21%, dolar Singapura 0,095 dan dolar Taiwan 0,03%.
Adapun yen Jepang masih tertekan 0,07%, bersama yuan offshore dan lokal masing-masing 0,04% dan 0,03%.
Indeks dolar AS pada penutupan bursa New York hari Rabu, ditutup melemah ke level 104,27. Itu berarti indeks yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia tersebut, kembali ke level sebelum Trump memenangkan Pemilu 5 November tahun lalu.
Pelemahan dolar AS terpicu oleh penangguhan tarif impor AS terhadap Meksiko dan Kanada selama satu bulan. Setelah berunding dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, juru bicara pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump terbuka untuk mempertimbangkan pengecualian tarif tambahan.
Pelemahan dolar AS juga terjadi setelah euro melesat ke level terkuat sejak November lalu menyusul apa yang terjadi di Jerman. Sebagaimana diketahui, indeks dolar AS merupakan ukuran yang membandingkan nilai dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia, termasuk euro. Ketika euro menguat banyak, indeks dolar AS bisa tertekan.
Jerman mengumumkan rencana amandemen konstitusi dengan mengecualikan belanja militer dari persyaratan debt brake. “Bila disetujui, pemerintah baru Jerman di bawah calon Kanselir Friedrich Merz akan memperoleh ruang fiskal EUR 500 miliar yang rencananya diinvestasikan di bidang infrastruktur,” kata tim analis Mega Capital Sekuritas.
Yield obligasi Jerman naik tajam. Pada saat yang sama, indeks saham DAX juga naik 3,38%. Kebijakan fiskal Jerman berpotensi memicu inflasi di Eurozone yang berpeluang mendorong ECB mengurangi pemangkasan suku bunga acuan menjadi 50 basis poin. Hal itulah yang memicu penguatan euro terhadap dolar AS sebesar 1,50% dan menekan indeks dolar DXY hingga 1,4%.
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan menuju area Rp16.280/US$ sampai dengan break MA-50 hingga Rp16.250/US$, dengan mencermati resistance potensial rupiah pada Rp16.200/US$.
Selama rupiah bertengger di atas Rp16.200/US$ usai keberhasilan menguat dalam tren jangka menengah (Mid-term), maka masih ada potensi bagi mata uang ini menguat hingga Rp16.110/US$.(***)