BeritaTapanuli.com, Medan – Penolakan konsep wisata halal di kawasan Danau Toba digelar lewat penyampaian aspirasi demo mahasiswa atau unjuk rasa di depan Kantor Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dan Kantor Gubernur Sumut, Senin (2/9/2019).
Sejumlah pengunjuk rasa dari mahasiswa itu dengan tegas menyuarakan sejumlah aspiraasi masyarakat yang kian resah, sehingga menolak konsep wisata halal di kawasan Danau Toba itu.
Pengunjuk rasa mengatasnamakan Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba. Dalam aksinya, mereka membawa alat musik tradisional dan spanduk bertuliskan ‘Danau Toba Tidak Perlu Label Halal’.
Dalam aksi mahasiswa tersebut, mendesak Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, untuk tidak meneruskan konsep wisata halal di kawasan Danau Toba. Alasannya, mayoritas penduduk di sekitar Danau Toba adalah suku Batak beragama Kristen dan Katolik yang memiliki kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari yang bertentangan dengan konsep wisata halal.
“Sebenarnya wisata halal itu sangat sensitif dan bisa memicu konflik di daerah di tengah masyarakat yang sudah hidup berdampingan dengan yang berbeda suku dan agama. Kami merasa ini jangan-jangan gubernur ini sengaja membuat isu mengotak-kotakkan masyarakat di daerah,” kata Ricco Nainggolan, seorang pengunjuk rasa.
Dalam demo itu, pengunjuk rasa mendesak Edy untuk datang menemui mereka. Namun, mantan Pangkostrad itu sedang berada di Nias untuk persiapan even internasional Sail Nias.
Massa, akhirnya diterima perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut. Mereka diajak berdialog ke dalam gedung Pemprov Sumut.
Pihak Pemprov Sumut menjelaskan konsep wisata halal yang bakal diterapkan berkaitan dengan sisi amenitas sebagai syarat destinasi wisata. Salah satunya adalah pengadaan fasilitas seperti tempat ibadah bagi umat Muslim.
“Wisata halal itu lebih kepada pengembangan amenitas tadi. Karena pariwisata ini memenuhi kebutuhan orang,” kata Kabid Pemasaran Disbudpar Sumut Muchlis.
Dia memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan asing yang datang ke Sumatera Utara didominasi turis Malaysia. Jumlahnya sekitar 53 persen.
“Kita harapkan wisatawan yang datang merasa puas. Multiplier effectnya mereka bisa datang kembali,” jelas Muchlis.
Penerapan wisata halal di Danau Toba memang menjadi isu hangat belakangan ini. Sejumlah tokoh politik mulai berkomentar negatif mengenai penerapan konsep yang sebenarnya sudah berlaku di banyak negara nonmuslim itu.
Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba mendatangi Kantor Gubernur Sumatra Utara, Jalan Diponegoro Medan, Senin (2/9/2019). Mereka berunjuk rasa dan menolak wisata halal Kawasan Danau Toba Pemprov Sumut.
Konsep wisata halal tersebut menurut Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba, dikhawatirkan menganggu kearifan lokal budaya yang selama ini berjalan bagus di Kawasan Danau Toba. Mereka ingin memastikan konsep itu tidak mengganggu bagi warga di kawasan Danau Toba.
Sambil menyampaikan tuntutannya, mereka bernyanyi dan menirukan atraksi tortor yang diiringi alat musik khas Batak, seperti seruling dan gondang. Lagu O Tano Batak, Sayur Kol dan lainnya, mereka nyanyikan bersama-sama. (Sumber : Medanbisnis)