Pdt. SAE Nababan Terima Penghargaan dari BPIP

  • Whatsapp

Jakarta – Hari itu, adalah hari Sabtu tanggal 29 Agustus 2020, hari yang bermakna bagi Pdt. Dr. SAE Nababan, LLD.

Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), menganugerahkan penghargaan Ikon Prestasi Pancasila kepadanya.

Penghargaan ini didasarkan pada dedikasi Pdt. SAE pada gerakan lintas iman di Indonesia.

Sejak dua tahun lalu, BPIP selalu menganugerahkan ikon prestasi pancasila kepada tokoh dan komunitas yang dianggap berjasa dalam membumikan nilai-nilai Pancasila. Penghargaan ini dilangsungkan sebagai bagian dari rangkaian perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Kali ini, ada 75 tokoh dan komunitas yang diberi penghargaan dan terbagi dalam lima kategori.

Pdt. Nababan menerima penghargaan di kategori lintas iman, yang merupakan kategori baru di tahun ini. Ia didaulat memperolehnya bersama KH Husein Muhammad (Buya Husein Cirebon), AGH Sanusi Baco Makassar, Rm. Franz Magnis Suseno, Bhikkuni Santiri Theri, Pdd. I Wayan Miartha dan Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB), komunitas lintas agama di Bandung.

Penyerahan penghargaan itu berlangsung secara virtual dan ditayangkan di TVRI serta kanal youtube BPIP. Kegiatan ini dimeriahkan dengan tampilan sejumlah tokoh dan musisi Indonesia seperti K.H Ahmad Mustofa Bisri alias Gus Mus, Addie MS, Trie Utami, Alffy Rev, Dewa Bujana, dan Didik Nini Thowok.

Baca juga  Lakukan Perayaan Bersama, Adik Rossi Terjatuh di Andalusia

Kepala BPIP Prof. Yudian Wahyudi, dalam sambutannya mengucapkan selamat dan sukses kepada 75 ikon apresiasi prestasi Pancasila. “Saya berharap para ikon Pancasila akan menjadi Mitra BPIP, sebagai panutan, sebagai pelopor dalam mengarusutamakan Pancasila kepada masyarakat luas,” ucapnya.

Penghargaan untuk tokoh lintas iman yang mendorong pembumian Pancasila memang layak disematkan kepada Pdt. Nababan. Dari komunitas dan lembaga Kristiani, nama pendeta kelahiran Tarutung ini merupakan tokoh yang paling awal merintis dialog lintas agama, yang diinisiasi mandiri oleh masyarakat.

Sebelumnya, di era Orde Baru, dialog lintas agama Indonesia kebanyakan diinisiasi pemerintah. Rezim saat itu lebih mengutamakan stabilitas demi mencegah ketegangan antar masyarakat. Dalam format ini, para pemimpin umat sering dikumpulkan untuk mendengar ‘arahan’.

Baca juga  Viral, Penolakan Jasad Pahlawan Kesehatan, Tonton Videonya

Namun, para pemimpin agama perlahan menyadari bahwa kerjasama yang tumbuh dari kepercayaan antar umat, jauh lebih penting dari sekedar tampilan di level politis dan simbolis.

Momen yang cukup penting adalah ketika Sidang Raya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) 1989 di Surabaya, Pdt. Nababan berinisiatif mengundang K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai panelis. Itu kali pertama seorang tokoh cendikiawan Islam diundang dalam sidang yang dihadiri para pimpinan gereja se-Indonesia.

Lewat ini, dialog teologis Islam-Kristen bisa dilangsungkan dengan keterbukaan dan kejujuran. Dari sana kemudian sejumlah dialog teologis dirintis. Organisasi dan komunitas lintas iman yang muncul sejak awal 1990-an banyak diinspirasi oleh model dialog yang demikian. Gus Dur dan Pdt. Nababan adalah adalah pelopornya.

Buahnya terus berkembang. Gerakan lintas iman yang diinisiasi masyarakat menjadi penggerak semangat perdamaian dan kerukunan di tengah masyarakat hingga kini. (Sumber : Saenababan.com)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan