Sorotan Tajam Najwa Shihab dalam menganalisis Situasi Politik Nasional

  • Whatsapp

Terkait kemampuan berkomunikasi, tidak diragukan lagi bahwa Najwa memiliki aksentuasi khas yang membuat setiap pernyataannya memiliki karisma atau wibawa tersendiri.

Suka atau tidak, kemampuan dalam mengolah aksentuasi semacam itu juga terlihat jelas dalam teknik komunikasi Rocky Gerung. Memang harus diakui, sakin khasnya aksentuasi Rocky, tidak sedikit terdapat pihak yang berusaha meniru cara mantan dosen filsafat Universitas Indonesia tersebut dalam menyampaikan argumentasi.

Hal serupa juga dapat ditemui pada kasus penyanyi lawas Ebiet G. Ade, yang karena teknik vokalnya yang khas, membuat banyak orang berusaha menirukannya dulu  mungkin juga sampai saat ini.

Disenanginya aksentuasi khas Najwa dan Rocky sebenarnya sama halnya dengan ketertarikan manusia akan musik. Brian Resnick dalam tulisannya The Scientific Mystery of Why Humans Love Music menyebutkan bahwa alasan manusia menyukai musik karena otak manusia sangat menyukai pola.

Sama halnya ketika melakukan hubungan seksual dan makan, mendengarkan musik juga akan membuat otak memproduksi hormon dopamin yang akan membuat manusia merasa senang atau bahagia.

Memperhatikan musik atau gaya komunikasi Najwa dan Rocky, tentu kita dapat melihat terdapat pola yang terbangun di sana. Musik, tentu saja, tanpa adanya pola yang jelas, suara yang dihasilkan akan buruk, yang justru dapat menurunkan mood.

Baca juga  63 Pasien di RS Sardjito Meninggal  Dalam Sehari Semalam, DPR Minta Tanggung Jawab Kemenkes

Pun begitu dengan aksentuasi Najwa dan Rocky, karena polanya teratur dan memainkan tinggi rendahnya nada suara, otak kita menangkap efek seperti ketika mendengarkan musik.

Kemudian terkait power, pilar ini terlihat jelas diperlihatkan Najwa ketika ia seperti sejajar bahkan mungkin lebih karismatik ketika berhadapan dengan pejabat publik.

Terbaru, kita tentu melihat bagaimana percaya dirinya Mba Nana ketika mewawancarai Presiden Jokowi secara langsung di Istana. Jika orang lain di posisi tersebut, mungkin yang terjadi adalah kegugupan, minder, ataupun salah dalam mengucapkan kata-kata.

Terakhir, terkait warmth, ini terlihat jelas dalam diri Najwa yang kerap memberikan senyum selepas menyampaikan pernyataan. Secara khusus, konteks kehangatan ini yang menjadi pembeda tegas Najwa dengan Rocky.

Seperti yang kita ketahui, alih-alih memberikan kesan hangat dalam setiap pernyataannya, Rocky justru menyampaikan argumentasi dengan menggunakan istilah-istilah yang “tidak enak” untuk didengar.

Di luar ketiga pilar tersebut, pembeda Najwa dengan Rocky juga terletak pada Mba Nana yang membawa karisma keluarga Shihab di pundaknya. Seperti yang diketahui, ayah Najwa, Quraish Shihab merupakan seorang ahli tafsir yang keilmuwannya tentu tidak diragukan lagi.

Baca juga  Akibat Asap, Kemenhub Himbau Jasa Penerbangan Utamakan Keselamatan

Tidak hanya dikenal sebagai keluarga cendikiawan, keluarga Shihab juga memiliki legitimasi budaya karena merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW

Dengan adanya karisma komunikasi yang dimiliki Najwa, seperti yang disebutkan oleh Tamir Sheafer dalam tulisannya Charismatic Skill and Media Legitimacy: An Actor-Centered Approach to Understanding the Political Communication Competition, boleh jadi itu telah membuat Najwa memiliki legitimasi media, yang mana setiap pernyataannya seolah akan mendapatkan pembenaran dari media massa.

Sedikit tidaknya, legitimasi media tersebut dapat kita jumpai dengan berbagai media massa yang seolah seayun dengan pernyataan ataupun kritik-kritik Najwa. Bagaimanapun juga, Najwa sepertinya telah sukses menghadirkan dirinya sebagai representasi kritik publik atas pemerintah.

Hal tersebut tentunya sesuai dengan peran media yang juga sebagai penjaga demokrasi atau bertugas dalam mengkritik pemerintah. Salam hangat untukmu Mba Nana. (Sumber: pinterpolitik.com)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan