BeritaTapanuli.com, Samosir – Sejumlah warga menangis histeris saat mobil ambulans yang membawa Rianto Simbolon tiba di rumah duka, Senin (10/8) malam.
Apalagi sesaat peti jenazah korban pembunuhan sadis itu diangkat, usai otopsi dari RS Bhayangkara Medan. Apalagi anak-anak korban, menangis sejadi-jadinya.
Diantaranya, anak pertama korban yang masih berusia 17 tahun, bernama Menanti Simbolon hanya bisa memanggil ayahnya sembari menangis.
Pengutaraan rasa sesak di hatinya, lalu menambah suasana rumah duka mengundang histeris tangis warga lainnya.
Ia bahkan mengutarakan bayangan hidup tanpa orangtua. Belum lepas rasa sedihnya setelah ibunya meninggal tahun 2019 silam, kini ayahnya meninggal karena dibunuh secara sadis dan dibuang di pinggir jalan oleh sekitar 6 orang yang diduga pelaku.
Remaja yang masih duduk di bangku SMA tersebut bersama adiknya yang masih duduk di bangkus SMP dan SD, bahkan yang masih berusia 5 tahun harus menjalani kehidupan sehari-hari tanpa tahu siapa yang akan menafkahi.
Sesekali Menanti melihat jenazah ayahnya, sekaligus mengutarakan bagaimana nasib mereka ke depan. Sejak ibunya meninggal, dua adik Menanti terpaksa dititipkan di panti asuhan karena kondisi penghasilan ayahnya dari bertani tidak mencukupi memenuhi kebutuhan.
Siapa yang akan menemani, siapa melindungi, bagaimana mereka kelak hidup apalagi menyelesaikan pendidikan. Dalam tangisnya, anak-anak korban menyebutkan “kejam kali kalian”.
Hampir semua orang yang datang ke rumah duka berurai air mata apalagi saat anak-anak korban menjerit, menangis, mengutarakan isi hati. (R)