Terkait Pelaku Penembakan Masjid, PM Selandia Baru Syok Mendengar Berkirim Email

BeritaTapanuli.com – Brenton Tarrant (29), pelaku penembakan dua masjid di Christchurch yang menewasan 51 jamaah, diketahui mengirim email dari penjara Auckland. Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern syok mendengar laporan itu karena tindakan tersebut bisa menyebarkan propaganda kebencian.

Pengiriman surat itu pertama kali diungkap New Zealand Herald. Surat tulisan tangan bertanggal 4 Agustus itu ditandatangani Tarrant dan beredar di internet setelah seorang pengguna website 4Chan membagikannya ke situs tersebut.

Penerima surat teroris asal Australia tersebut diduga pria asal Rusia.

Sebuah foto yang beredar menunjukkan sebuah amplop surat dengan cap bertuliskan “Auckland Prison (Penjara Auckland)” dengan nama Brenton Tarrant tertulis pada alamat pengirim.

Dalam surat itu, Tarrant menulis tentang pandangan politik dan sosialnya. Namun, dia mengaku tidak bisa menjelaskan secara rinci tentang penyesalan atau perasaannya.

“Karena para penjaga akan menyita surat saya jika saya melakukannya (untuk digunakan sebagai bukti),” bunyi surat tersebut.

Surat Tarrant itu diduga sebagai tanggapan terhadap surat yang dikirim oleh seseorang bernama Alan yang dilaporkan tinggal di Rusia.

Berbicara kepada media di Tuvalu, Ardern mengatakan dia merasakan hal yang sama seperti semua orang di Selandia Baru tentang masalah ini. Menurutnya, hal itu seharusnya tidak terjadi.

“Saya tahu bahwa Menteri menyatakan untuk memperbaiki kekecewaan dan harapannya,” ujarnya, Kamis (15/8/2019).

Undang-undang itu berurusan dengan seseorang seperti teroris yang berusaha untuk berbagi pandangan yang penuh kebencian dan menemukan platform untuk berbagi pandangan-pandangan itu.

Menurut Ardern, pemerintah perlu memastikan bahwa hukum Selandia Baru sesuai untuk tujuan tersebut. Namun dia menolak mengatakan lebih jauh bahwa fasilitas penjara Selandia Baru tidak dilengkapi hal-hal tertentu untuk menangani teroris bersenjata tersebut.

Adern mengatakan pengiriman surat oleh tahanan itu jelas menunjukkan ada sesuatu yang salah. Pihak penjara juga mengakui kegagalannya.

“Jelas, ini adalah pelaku yang memiliki tujuan yang sangat spesifik dalam hal berbagi propagandanya sehingga kita harus siap untuk itu,” katanya.

Dia menginginkan sistem penjara diperketat untuk menghindari terulangnya insiden itu.

“Saya pikir setiap orang Selandia Baru akan memiliki harapan bahwa individu ini seharusnya tidak dapat berbagi pesan kebenciannya dari balik jeruji besi,” tegas Ardern.

Dalam surat itu, Tarrant berbicara tentang perjalanannya di Rusia dan menyebutnya sebagai tempat favoritnya di dunia.

Teroris itu berharap bisa mengunjungi Rusia lagi suatu hari nanti.

“Sudah empat tahun sejak saya mengunjungi Rusia dan ingatan saya gagal,” tulis dia.

“Saya pikir Anda masih dapat menemukan beberapa foto yang saya unggah ke Facebook, meskipun Anda harus mencari di Google untuk versi halaman Facebook saya yang diarsipkan atau disimpan karena Facebook menghapus profil saya.”

Tarrant menulis bahwa dia tidak melakukan banyak hal saat ini selain mempersiapkan persidangannya. Surat Tarrant juga berisi ucapan terima kasih kepada sang pengirim terkait perangko.

“Itu satu-satunya warna di sel saya yang kelabu. Saya harus menyembunyikannya dari para penjaga,” lanjut surat Tarrant.

Pihak penjara, dalam sebuah pernyataan, menyebut pihaknya mengakui bahwa surat Tarrant seharusnya disita.

“Penjara secara legislatif diperlukan untuk mengelola tahanan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pemasyarakatan 2004 dan kewajiban internasional kami untuk penanganan semua tahanan,” kata pihak penjara melalui seorang juru bicara.

Setiap tahanan memiliki hak minimum yang diwajibkan secara hukum berdasarkan Undang-Undang Pemasyarakatan.

“Salah satu dari hak minimum ini adalah untuk mengirim dan menerima surat. Sesuai dengan pasal 108 Undang-Undang, Direktur Penjara hanya dapat menyita surat narapidana dalam situasi yang sangat terbatas. Beberapa surat sudah ditahan,” ujar pihak penjara.

“Kami membuat perubahan pada manajemen surat tahanan ini untuk memastikan bahwa proses kami yang kuat sama efektifnya dengan yang kami inginkan.”

Menteri Pemasyarakatan Kelvin Davis menyatakan departemennya seharusnya tidak membiarkan surat Tarrant dikirim. Dia mengajukan pertanyaan tentang apakah undang-undang saat ini sesuai dengan tujuan atau tidak.

“Kami belum pernah mengelola tahanan seperti ini sebelumnya,” katanya. (sumber : inews.com)

 

Pos terkait