BeritaTapanuli.com, Papua – Terkait tindakan kekerasan dan rasialisme terhadap mahasiswa Papua oleh sejumlah warga di Surabaya, Malang dan Semarang mendapat perhatian serius dari Gubernur Papua, Lukas Enembe.
Ia menilai tindakan yang dilakukan massa sejumlah organisasi masyarakat (ormas) dan polisi di Pulau Jawa terlalu berlebihan dalam menyikapi kasus perusakan dan pembakaran bendera Merah Putih di depan asrama mahasiswa Papua, di Surabaya, pada 15 Agustus 2019 lalu.
Menurut Gubernur Papua, masyarakat dan orang Papua punya harga diri dan martabat. “Kami punya harga diri dan martabat,” kata Gubernur saat konferensi pers di Gedung Negara, Minggu (18/8/2019).
Terkait insiden tersebut, Gubernur Papua Lukas Enembe mengaku telah melakukan rapat koordinasi dengan pihak terkait dan menyampaikan akan mengirimkan tim ke Surabaya, Malang dan Semarang. “Kita akan bentuk tim yang melibatkan pemerintah provinsi, kodam, MRP dan DPRP, apakah dipulangkan nanti kita lihat situasinya seperti apa,” kata Gubernur.
Sebelumnya Gubernur Papua juga menyampaikan lima poin terkait insiden tersebut. Poin pertama, gubernur selaku kepala daerah di Papua menyatakan empati dan prihatin terhadap insiden yang terjadi di Surabaya, Semarang dan Malang, di mana terjadi penangkapan dan atau pengosongan asrama mahasiswa Papua di Kota Surabaya.
“Pemerintah menghargai langkah hukum yang dilakukan aparat keamanan sepanjang dilakukan secara profesional, proporsional dan berkeadilan,” kata Gubernur.
Dalam hal ini, lanjut Gubernur, aparat keamanan diharapkan tidak melakukan pembiaran terhadap tindakan persekusi, main hakim sendiri oleh kelompok maupun individu yang dapat melukai hati masyarakat Papua. “Hindari adanya tindakan menggaggu represif yang dapat menimbulkan korban jiwa, kegaduhan politik dan rasa nasionalisme anak bangsa,” kata Gubernur.
Gubernur berharap atas insiden tersebut untuk tidak direspons berlebihan tanpa adanya tindakan bertentangan dengan norma, adat dan budaya. “Kami harap masyarakat Papua yang ada di Papua khususnya dan di seluruh Indonesia umumnya untuk merespons kejadian ini secara wajar tanpa diikuti dengan tindakan-tindakan yang bertentangan baik secara norma adat maupun tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,” kata Gubernur.
Kepada masyakat non-Papua, Gubernur juga berharap untuk tetap menjaga harmonisasi dan tidak melakukan tindakan inkonstitusional seperti persekusi, main hakim sendiri, memaksakan kehendak, bertindak rasis, intoleran dan diskriminatif yang melukai hati masyarakat Papua.
“Kita sudah 74 tahun merdeka seharusnya tindakan-tindakan intoleran, rasis dan distriminatif tidak ada lagi di negara ini,” kata Gubernur.
Gubernur juga menyampaikan Papua adalah Indonesia, yang merupakan miniatur Indonesia dan ber-Bhineka Tunggal Ika, di mana Provinsi Papua dihuni beragam agama, etnis, budaya dan semuanya hidup berdampingan.
“Masyarakat asli Papua menyambut baik dan memperlakukan masyarakat non-Papua dengan terhormat dan sejajar, sehingga kami berharap kehadiran masyarakat Papua di berbagai wilayah di Indonesia juga mendapat perlakuan yang sama,” kata Gubernur.
Lukas Enembe juga mengajak para kepala daerah di Indonesia untuk ikut melakukan pembinaan terhadap mahasiswa Papua di wilayah masing-masing sebagaimana Papua melakukan pembinaan kepada pelajar, mahasiswa maupun masyarakat yang berasal dari luar Papua. (Sumber : inews)