BeritaTapanuli.com – Sebagai orang tua, wajib hukumnya mengetahui bagaimana cara mendidik anak.
Apalagi agar selalu berfikiran positif, karena setiap anak-anak pasti mengenal atau paling tidak pernah bertemu dengan orang yang mudah sekali putus asa.
Dalam istilah umum disebut, kalah sebelum bertanding, mengeluh atau marah-marah.
Nah, bagaimana membangun sikap dan pikiran positif itu memang tidak mudah. Apalagi kalau anak dikelilingi dengan orang-orang yang sering berpikiran negatif.
Jadi orang tua harus berusaha lebih keras lagi, tentunya untuk mendidik anaknya. Padahal pikiran negatif ini sangat berhubungan dengan stres pada anak loh.
Menurut neusroscientist Andrew Newberg, M.D dan Prof. Mark Robert Waldman, pengarang buku Words Can Change Your Brain, saat kita mengeluarkan pikiran negatif, entah itu berupa ketakutan, kekhawatiran, rasa tidak setuju, atau sesimpel kata “tidak”, maka otak akan mengeluarkan hormone pemicu stres.
Nah, untuk itu kita merangkum tips atau cara mendidik anak agar berpikiran positif melalui beberapa cara.
Ikuti tips berikut ini:
- Buang Kebiasaan Mengeluh
Cara mendidik anak yang pertama adalah berpikir postif bisa diawali dengan mengurangi kebiasaan orang tua yaitu mengeluh, yang bisa menular pada anak.
Misalnya di pagi hari ketika baru bangun harus mengurus macam-macam tapi waktu sudah mepet.
Jangan lagi mengeluh seperti, “Kamu sih, bangun siang terus. Ibu jadi terlambat!” atau, “Aduh, adikmu belum bangun, ya? Sana cepat bangunkan, Ibu sudah capek.”
Lebih baik tetap kerjakan hal-hal yang sudah seharusnya dilakukan. Untuk meluapkan emosi, sebagai orang tua bisa mendengarkan lagu favorit ketika anak-anak sudah berangkat sekolah.
Dengan begitu, anak belajar bahwa situasi seburuk apapun, selalu ada cara menghadapinya.
- Fokus Pada Solusi, Bukan Masalahnya
Cara mendidik anak yang kedua Sepanjang hidupnya, anak akan menemui berbagai jenis persoalan. Maka kuncinya adalah mendidik anak mencari solusi. Solusi yang baik hanya akan datang saat anak berpikir positif.
Misalnya ketika anak panik karena kehilangan buku pelajarannya, tenangkan dirinya dan ajak untuk meningat kembali di mana ia terakhir melihat bukunya.
Minta anak untuk memutar otak, apa yang bisa dilakukan kalau bukunya tidak ketemu. Misalnya pinjam catatan teman sekelasnya. Anak pun tahu kalau setiap masalah bisa diselesaikan dengan pikiran yang positif.
- Mengukur Kemampuan Anak Secara Realistis
Cara mendidik anak yang ketiga Sebagai orang tua memang bertanggung jawab untuk mendorong anak mencapai hal-hal besar. Akan tetapi, anak juga harus bisa mengukur kemampuan dirinya.
Sejak awal, beri tahu anak bahwa bila ia menginginkan sesuatu, ia harus mau berjuang mendapatkannya. Tak ada yang namanya beruntung bisa mendapat nilai bagus, tanpa belajar setiap hari.
Ketika suatu hari anak mengalami kegagalan, jangan biarkan dia larut dalam kesedihan atau lebih buruk lagi menyalahkan diri sendiri.
Bantu anak untuk berpikir positif, bahwa dengan kegagalan ini dia jadi punya semangat untuk memperbaiki kesalahannya yang sudah lalu.
- Mengajari Anak Untuk Berpikir Panjang
Sikap optimis tidak datang begitu saja. Anak perlu membiasakan diri untuk berpikir panjang setiap kali ia dihadapkan dengan situasi negatif, jangan mudah bereaksi.
Misalnya jika ia diledek oleh teman sekelasnya. Daripada langsung membalas dengan kata-kata yang menyakitkan, beri tahu anak untuk berpikir dulu beberapa saat. Mengapa temannya mengejek sedemikian rupa?
Dari situ, anak bisa mengajak bicara teman sekelasnya dan beri tahu kalau ledekan tersebut tak pantas. Hal ini tentu lebih efektif daripada memperkeruh masalah dengan bertengkar lebih lanjut.
Anak akan belajar bahwa bersikap positif jauh lebih berguna daripada terus-terusan bersikap negatif.
- Gunakan Kata-kata Yang Memotivasi
Anak pasti suatu hari dihadapkan dengan kesulitan. Misalnya ketika bolak-balik harus remedial. Jangan memarahi anak dengan mengatakan bahwa dia malas atau kurang memerhatikan guru.
Justru, orang tua perlu memotivasi anak dengan kata-kata yang membangun. Misalnya, “Bapak tahu, di kelas dua sekarang mata pelajarannya tambah susah. Tapi kalau kamu rajin mengerjakan PR, lama-lama kamu akan hapal dengan pelajarannya. Tak perlu remedial lagi, deh!”
Diambil dari berbagai Sumber