BeritaTapanuli.com – Gibran Rakabuming Raka, menjadi trending topik pasca kebijakannya yang mengembalikan kegiatan pungli.
Bahkan anak sulung presiden Joko Widodo (Jokowi) itu tidak segan segan menonjobkan lurah yang sempat menuai kontroversi.
Salah satu Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA) Fadhli Harahab juga turut angkat bicara soal kebijakan Gibran.
Fadhli menyatakan, langkah Wali Kota Surakarta, yang mengembalikan uang hasil pungutan liar (Pungli) yang diduga dikumpulkan oleh oknum Linmas atas perintah seorang Lurah dianggap sesuatu yang baru dan patut diapresiasi dari sisi kebijakan publik seorang kepala daerah.
“Kita tahu pungli ini menjadi momok yang menakutkan bagi kalangan pedagang kecil. Apalagi cara-cara pungli biasanya muncul di momen-momen jelang Lebaran,” kata Fadhli, Kamis (6/5/2021).
Menurut Fadhli, apa yang dilakukan kepala daerah muda yang juga putra sulung Presiden Jokowi itu terbilang baru. Gibran disebutnya berani mengambil kebijakan tersebut di saat kepala daerah lain tidak melakukan hal itu. Bahkan menurut Analis Politik asal UIN Jakarta ini, cara Gibran ini bisa dikonversi menjadi elektoral di kemudian hari.
Fadhli menganggap, setidaknya cara Gibran ini bisa mengganggu popularitas figur kepala daerah yang selama ini kerap terjaring lembaga survei dan menempati papan survei di posisi tiga sampai lima besar.
“Sebut saja Mas Ganjar di Jawa Tengah, Anies di DKI, dan Ridwan Kamil di Jawa Barat. Ketiga kepala daerah itu kita anggap sebagai ‘trio survei’ karena memang langganan survei,” ungkapnya.
Apalagi, lanjut Fadhli, pada 2022 dan 2023 ketiga kepala daerah tersebut diprediksi tak memiliki panggung politik lagi setelah mereka tak lagi menjabat sebagai Gubernur di daerahnya masing-masing.
“Praktis panggungnya hanya dimiliki elite parpol seperti Prabowo, Airlangga, Puan Maharani, dan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono). Dan AHY kalau kita perhatikan elektabilitasnya juga ajeg, enggak naik-naik. Elite partai hanya bersaing dengan menteri kabinet, lagi-lagi jika kita kaitkan dengan kontestasi 2024,” ujarnya.
Kendati begitu, Gibran tetap sebagai kepala daerah yang baru memulai perjalanan politiknya. “Dia masih perlu diasah. Dan ketika dihubungkan dengan 2024 maka usianya masih belum mencukupi. Tapi caranya menggarap pungli bisa menjadi modal dasar untuk mengganggu para petarung di 2024,” pungkasnya
Sebelumnya, Gibran mengembalikan uang hasil pungutan liar (pungli) kepada 145 pengelola toko yang ada di Kelurahan Gajahan, Pasar Kliwon, Kota Solo.
Uang yang dikembalikan oleh Gibran itu merupakan hasil pungli yang diduga dilakukan oleh Linmas atas perintah Lurah Gajahan. Besaran pungli yang dikembalikan oleh Gibran pada sejumlah toko bervariatif. Ada yang Rp50 ribu, dan ada pula Rp100 ribu.
Apa yang dilakukan Gibran menarik perhatian luas. Apalagi, Gibran juga mengambil tindakan tegas dengan mencopot Lurah Gajahan. Aksi Gibran menjadi perbincangan publik. Salah satunya, penyanyi legendaris Iwan Fals yang menilai putra Presiden Joko Widodo itu layak untuk maju pada Pemilu 2024.
“Tuh kan kayaknya cocok nih 2024,” kata Iwan seperti dikutip dari lini masa akunnya Twitternya, @iwanfals, Minggu (2/5/2021).
Mengenai isu 2024, Iwan Fals pernah mencuitkan jika Gibran dan Bobby Nasution maju pada pemilu mendatang maka akan ramai. “Gibran-Bobby maju 2024 ramai tuh…” cuitnya.
Cuitan Iwan Fals yang menilai Gibran cocok maju pada 2024 menuai respons pengguna Twitter alias netizen. Salah satunya pemilik akun @velajuel79 yang menilai Gibran bisa maju pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta mendatang.
“DKI dulu lah… Kita lihat konsistensinya… Kalau bisa ngerapihin Tanah Abang, fix gue pilih… Kalau yang bikin semerawut Tanah Abang enggak bakal gue lirik,” cuitnya. (Sumber : Sindonews)