Hanya Nikmati Penerangan Listrik 2 Jam Sehari, Warga Ingin Seperti Rakyat Merdeka

  • Whatsapp

BeritaTapanuli.com, Tapteng (Sumut) – Nikmatnya manfaat penerangan listrik dari PT. PLN ternyata masih isapan jempol semata. Bahkan jauh dari harapan warga desa Huta Tombak, Kecamatan Sosor Gadong, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) Povinsi Sumatara Utara.

Sebagaimana keterangan yang disampaikan Kepala Desa Lisber Habeahan kepada wartawan hari Jumat (21/6/2019) mengaku, warganya hanya bisa menikmati listrik dua jam saja sehari, dan seperti belum merdeka, itupun hanya waktu malam disaat jam makan.

Sebuah desa terluar di Kabupaten Tapteng bagian selatan ini, berjarak 70 KM dari pusat kota Pandan. Dengan akses jalan yang masih membutuhkan energi, karena berada di tingkat kemiringan 50 derajat. Alhasil, desa tersebut hanya bisa dilalui kenderaan roda dua dan mobil berukuran kecil dengan daya tempuh 2 jam.

Kepala desa menurutkan, warganya yang seharusnya sudah menikmati listrik, namun belum juga menikmati penerangan yang memadai hingga 24 jam. Dan itupun pada malam hari sampai dengan jam 9 malam sejak 2017 lalu, dengan pembangkit listrik yang mereka adakan dari mesin genset. Dan baru bisa menikmati listrik.

“Artinya, warga Desa Huta Tombak baru bisa menikmati listrik setelah Indonesia merdeka selama 72 tahun. Di sini ada 109 KK (kepala keluarga) hanya terlayani listrik 20-an. Sisanya hanya pakai lampu pelita. Dieselnya mulai kita nyalakan dari jam 19.00 sampai jam 21.00 WIB ,” kata Lisber.

Baca juga  Kondisi Membiru, Warga Sirandorung, Tapanuli Tengah Tewas

Demikian juga untuk membiayai bahan bakar diesel tersebut, dengan dana iuran warga. Setiap kepala keluarga diwajibkan membayar Rp 40.000 setiap bulannya.

“Satu KK (kepala keluarga) menanggung 2 liter (solar) untuk satu hari. Hari berikutnya warga yang lain. Dalam satu bulan satu KK bisa kena dua kali. Nyalanya hanya dua jam untuk makan malam,” ucap dia.

Kades ini mengungkapkan, selain jarak antar rumah yang sampai 150 meter, juga menjadi kendala pengadaan kabel, sehingga tahun depan direncanakan akan menambah kabel.

Sementara itu, Kepala desa mengaku akan mendapat bantuan listrik dari pemerintah berupa panel surya (Solar Panel) untuk menyuplai listrik didesanya. Namun, dia belum mengetahui kapan rencana tersebut akan direalisasikan.

“Kemarin kita dapat lampu jalan  untuk percontohan sudah di pasang PLTS, tapi belum bisa difungsikan, dan dananya dari dana desa sebanyak 7 unit ,” tuturnya.

Peristiwa itupun diutarakan sejumlah warga yang tinggal di desa. Seperti halnya pengakuan Pasaribu  (53), memimpikan desanya bisa dialiri listrik selama 24 jam. Sebab, anak-anaknya kesulitan belajar jika hanya menggunakan lampu pelita.

Baca juga  Meriahkan HUT Ke-74 RI, Turnamen Sepak Bola Memperebutkan Piala Wali Kota Digelar

“Anak-anak tidak bisa belajar kalau malam. Lampu di rumah kami hanya menyala selama 2 jam setiap malam,” kata Pasaribu .

Ia pun berharap pemerintah segera mengirim bantuan agar listrik di desanya bisa menyala selama 24 jam. Aliran listrik selama 24 jam dianggap mampu meningkatkan perekonomian warga Desa Huta Tombak

“Kita juga ingin punya TV untuk mengetahui informasi di luar,” tambah dia.

Hal yang sama pun dirasakan oleh  seorang pemuda. Dia mengaku untuk bisa menonton televisi harus menumpang ke rumah kerabatnya yang berada di desa berbeda.

“Saya ingin sekali bisa punya listrik (selama) 24 jam seperti yang lainnya. Mudah-mudahan pemerintah bisa membantu kita di sini,” kata pemuda ini.

Selain permasalahan listrik, di desa tersebut juga tak ada sinyal telekomunikasi. Untuk mendapatkan sinyal, warga desa harus ke bukit yang berjarak sekitar 700 meter.

“Kita harus ke bukit untuk bisa telepon dan SMS,” kata warga ini.

Di ketahui bahwa jaringan transmisi listrik negara hanya berjarak satu kilometer dari desa ini di bawah. Dan desa ini di posisikan berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Dan merupakan desa tertua di kecamatan ini.(BT)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan