Jakarta – Kasus baru virus corona di Indonesia terus bertambah.
Bahkan hari ini, 1.525 kasus kembali terjadi penambahan, sehingga total Corona Indonesia kini mencapai 100.303 kasus.
Sebagaimana dilansir media ini dari detik.com, disebutkan kota DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penambahan kasus paling tinggi sebanyak 467 kasus.
Demikian juga dikutip dari laman covid19.go.id, diperoleh sebanyak 1.518 kasus sembuh baru. Sehingga total menjadi 58.173 orang yang sembuh.
Sementara kasus kematian baru, disebabkan covid-19 sebanyak 57, sehingga total mencapai 4.838 orang.
Berikut detail sebaran 1.525 kasus baru virus corona di Indonesia pada Senin (27/7/2020):
Bali: 62 kasus
Banten: 10 kasus
Bangka Belitung: 3 kasus
DI Yogyakarta: 15 kasus
DKI Jakarta: 467 kasus
Jawa Barat: 45 kasus
Jawa Tengah: 210 kasus
Jawa Timur: 273 kasus
Kalimantan Timur: 18 kasus
Kalimantan Tengah: 21 kasus
Kalimantan Selatan: 33 kasus
Nusa Tenggara Barat: 23 kasus
Sumatera Selatan: 24 kasus
Sulawesi Utara: 50 kasus
Sumatera Utara: 48 kasus
Sulawesi Tenggara: 1 kasus
Sulawesi Selatan: 110 kasus
Lampung : 2 kasus
Riau: 4 kasus
Maluku Utara: 14 kasus
Papua Barat: 4 kasus
Papua: 56 kasus
Sulawesi Barat: 1 kasus
Gorontalo: 31 kasus
Sementara itu, uji klinis fase tiga vaksin yang akan diluncurkan merupakan vaksin sinovac buatan Sinovac, China akan segera dilaksanakan pada awal Agustus mendatang di enam lokasi di Bandung.
Sama seperti vaksin lainnya, vaksin ini memiliki efek samping pada kondisi tubuh manusia.
Tim Peneliti Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Kusnandi Rusmil mengatakan, dalam pemberian vaksin kemungkinan terdapat dua efek samping di antaranya efek lokal dan sistemik.
“Efek sampingnya dua, reaksi lokal dan sistemik. Reaksi lokal di tempat suntikan ada merah, bengkak, nyeri dalam 48 jam sudah hilang lagi,” kata Kusnandi di Balai Kota Bandung, Senin (27/7/2020).
Lebih lanjut, efek samping lokal ini biasanya terjadi sebanyak 30 persen dari jumlah subjek penelitian (relawan). Dia mengatakan, efek samping lainnya yaitu sistemik di mana kondisi relawan mengalami demam di 30 menit pertama pemberian vaksin.
Jika dalam 30 menit pertama ditemukan relawan atau subjek yang mengalami efek samping maka akan dilakukan tindakan penanganan oleh pengawas dan dokter terkait. Dia mengatakan, reaksi tersebut akan terjadi jika relawan memiliki alergi tertentu.
“Penting 30 menit pertama kita lihat ada tidak yang lemas, itu yang harus dijaga pertama, orang itu tidak boleh pulang dan dijaga betul oleh dokter. Nah kita belum tau ada yang reaksi alergi atau tidak. Tapi apapun reaksi suntikan vaksin akan begitu alergi ada, juga yang tidak,” jelasnya.
Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin COVID-19 Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Eddy Fadlyana menambahkan, efek samping pemberian vaksin relatif lebih rendah dengan persentasi efek lokal sebanyak 30 persen dan efek sistemik kurang dari 5 persen.
“Pada efek sistemik seperti demam ringan yang hanya dalam dua hari saja sudah sembuj. Kemudian ada sakit diare yang tidak ada hubungan dengan imunisasi. Jadi resikonya kemungkinan ada nyeri lokal dan sistemik,” kata Eddy.
Persentase tersebut terjadi pada penelitian fase satu vaksin sinovac. “Dari penelitian fase 1, 30 persen efek lokal dan 3 persen sistemik,” ujarnya.
Meskipun relawan mengalami efek samping, pihaknya akan melakukan penanganan sebagaimana mestinya. Relawan akan mendapat asuransi kesehatan selama masa uji klinis, terutama jika terjadi keluhan setelah penyuntikan vaksin sinovac.
“Masa mengikuti penanganan ini relawan akan terlindungi. Misalnya selama periode sempat sakit demam tifoid atau sakit apa, sampai periode subjek selesai, satu subjek waktu enam bulan relawan tersebut akan mendapatkan asuransi kesehatan,” pungkasnya. (Sumber : Detik)